Langsung ke konten utama

MAHASISWA DENGAN ORGANISASI



       
  Mahasiswa sebagai “agen of change” sekarang ini tidak lagi dapat memaknai statusnya itu, mahasiswa sekarang dengan warna-warni bendera organisasinya menjadi seseorang yang tak lagi dapat merasakan dan memperjuangkan nilai-nilai dan keadaan yang terbaik, tapi justru menjadi jembatan untuk kepentingan-kepentingan golongan, suku, dan agama tertentu. Dengan organisasinya jugalah mahasiswa menjadi orang yang berkepribadian kurang baik sebab mereka memiliki anggapan telah memiliki power sosial yang terkuat, dan biasanya  mahasiswa menjadikan organisasinya sebagai tembok terdepan sebagai pelindungnya.
            Sedikit dari mahasiswa ini, memiliki kwalitas pengetahuan satu tingkat lebih tinggi dibanding mahasiswa yang tidak berorganisasi, namun ini sangat sedikit. Bahkan, mahasiswa yang sedikit (bersama organisasi) inipun tidak bisa menunjukkan pergerakan dan/atau perjuangan yang murni tanpa kepentingan golongan dan faham-faham tertentu. Semangat reformasi dan revolusi pada masa lampau telah hilang di hantam “proyek penghilang rasa lapar” kaumnya.
            Warna bendera yang seragam menjadi satu dari banyak penyimpangan yang mendidik mahasiswa, menjadi siap untuk keburukan-keburukan yang akan dilakukannya setelah ia menjadi alumni. Mahasiswa telah di buai/ disilaukan dengan kemasan organisasi yang seolah-olah berwibawa. Mahasiswa tak lagi memiliki sikap kritis yang tajam dan murni, mereka di manfaatkan oleh dan untuk sesuatu yang bukan kebutuhan dan jati diri mereka.
            Organisasi menjadi batu asah untuk memperuncing perselisihan antara mahasiswa, dan hampir taka ada kemunkinan sebaliknya. Fenomena mahasiswa yang men-generalisasi-kan anggota organisasi lainnya sebagai lawannya. Akibatnya, mahasiswa terjebak pada masalah komunitas-komunitas yang abu-abu. Keadaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab mahasiswa dengan melaksanakan tridharma perguruan tingginya. Tak dapat dicapai karena hantaman budaya “proyek penghilang rasa lapar” kepada mahasiswa sekarang.
            “jelas gak..?” menjadi kalimat yang akrab bagi mahasiswa, inilah angin yang di hasilkan dari kibasan bendera organisasi. Mahasiswa taklagi takut untuk menerima imbalan yang dapat memperlancar kepentingan busuk, mahasiswa siap menggadaikan ke-murnian-nya untuk kejayaan kelompok tertentu.
            Kaderisasi yang di lakukan organisasi cendrung menjadikan mahasiswa hanya sebagai pewaris doktrin-doktrin atau faham yang ada, namun kemampuan mahasiswa untuk mengembangkan dan menjadi pembaharu hampir tidak ada. Bahkan untuk menjadi profesional di bidang yang sesuai dengan gelar akedemiknyapun sulit. Mahasiswa di biasakan untuk ikut dalam permainan-permainan yang politis. Tidak aktif pada isu-isu ilmu pengetahuan yang sedang berkembang, mahasiswa juga di latih jadi pemimpin sekaligus di latih untuk mengambil keuntungan dari pemimpin.
            Mengangkat seorang pemimpin dengan warna bendera yang sama untuk memperjuangkan kepentingan, golongan atau kaum tertentu saja.

Komentar

Poupuler

Langkah Mengatur Waktu Anak Bermain HP

    Waktu Anak Bermain HP Best Practice Parenting , by Arbi zulham              Sudah sangat umum, kita mendapati fenomena anak usia dini bermain smartphone . Anak bermain gadget dengan durasi tak terbatas. Konten-konten yang diakses anak lepas dari pengawasan orang dewasa. Menghadapi kondisi seperti itu tak sedikit orang tua yang mulai kewalahan. Merasa habis akal untuk menertibkan anaknya yang berlebihan bermain gadget.            Apa dialami banyak orang, sebagaimana tersebut di atas. Keponakanku pun mengalaminya, Kayla Sabrina Bashir. Kayla salah satu dari banyak anak yang belum bisa tertib waktu saat bermain gadget. Bahkan terkadang kayla bisa bermain dan akan berhenti hanya ketika baterai gadgetnya habis. Aku, nenek kayla, dan tantenya sudah mencoba untuk mengingatkan agar menghabiskan sedikit waktu saja ketika bermain gadget. Bahkan sudah beberapa cara dilakukan, sep...